Lafal qunut di atas tidak semuanya dari Nabi r. Olehnya, tidak ada keterkaitan dengannya apalagi menganggapnya sebagai doa yang disunnahkan. Dan bagi yang mampu menyusun doa dalam bahasa Arab yang sesuai dengan keadaan musibah, tidak ada larangan baginya untuk berdoa dengannya.
2. Mengumpulkan bantuan baik dana maupun harta benda dan mengirimkannya melalui LSM terpercaya
Pada peristiwa perang Tabuk, Rasulullah r membuka kesempatan kepada para sahabatnya untuk bersedekah sebagai bekal pasukan perang. Maka berinfaklah para sahabat, kaya maupun miskin. Abu Bakar t menginfakkan seluruh hartanya. Umar bin Khattab t menginfakkan setengah hartanya. Utsman bin Affan t menginfakkan 100 kuda dan 300 unta lengkap dengan pelananya (dalam riwayat lain disebutkan 900 unta dan 100 kuda). Kaum wanita pun tak ketinggalan menginfakkan perhiasan-perhiasan mereka.
Namun ada pula para sahabat yang karena kemiskinan mereka hanya mampu menginfakkan 60 gantang sampai 120 gantang kurma. Kurma yang sedikit untuk membekali pasukan yang berjumlah besar? Benar, ia sedikit. Akan tetapi, yang mereka infakkan adalah seluruh dari apa yang mereka punyai. Mereka ingin memberikan makan kepada tentara berhari-hari. Bagi sebagian orang, mungkin infak mereka tersebut tidak berarti. Akan tetapi bagi mereka, infak tersebut banyak. Begitu juga di sisi Allah. Infak tersebut banyak, dan sangat banyak.
Ada ribuan saudara kita yang saat ini meregang nyawa di Palestina. Mereka butuh uluran tangan dan doa kita.
3. Memotivasi para ulama, dai, khatib dan para penulis untuk menjelaskan kezhaliman Israel dan musuh-musuh Islam
Kita menyayangkan sikap aktivis LSM yang selama ini dikenal sebagai pejuang keadilan masyarakat, namun tidak banyak berbicara—bahkan terkadang membisu—ketika umat Islam yang jadi korban. Juga menyesalkan sikap media massa—yang didominasi oleh kaum kuffar—yang pemberitaannya tidak seantusias jika yang jadi korban adalah nonmuslim. Jika korban dari kalangan nonmuslim, meski hanya satu orang, mereka heboh bukan main dengan membawa-bawa alasan pelanggaran HAM, korban terorisme, dan seterusnya. Jika yang jadi korban adalah umat Islam, maka banyak fakta yang tidak akan diungkap, atau fakta itu sengaja diputarbalikkan untuk menyudutkan kaum Muslimin.
Di sinilah peran para ulama, dai, khatib, maupun media milik umat Islam untuk menjelaskan fakta yang sebenarnya kepada umat.
4. Mengintrospeksi diri terhadap kelalaian dari niat berjihad
Dien Allah (Islam) tidak akan menang hanya dengan omong kosong belaka. Negeri-negeri Islam juga tidak akan terjaga hanya dengan pantun, lagu, dan syair.
Percik darah di Serambi Al Quds ini akan menaikkan tensi ghirah kita kepada Islam. Terutama kaum Muslimin Palestina. Jika bocah-bocah Palestina dengan lantang mengatakan, “Beri aku senjata, maka demi Allah, aku akan melawan mereka!” Maka bagaimana dengan kita?
Rasulullah r telah bersabda, artinya, “Barangsiapa meninggal dunia dan belum pernah berjihad atau belum meniatkan dirinya untuk berjihad, maka ia mati pada salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim). Mari kita tanyakan pada diri kita, ketika kita menyaksikan pembantaian rakyat Palestina oleh zionis Israel, pernahkah terbetik dalam hati kita untuk berjihad? Ataukah hanya sebatas empati dan ucapan, “Kasihan”?
Nabi r bersabda, artinya, “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara Al-‘Inah dan kalian telah ridho dengan perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (HR. Abu Daud)
5. Memahamkan generasi muda Islam akan permusuhan Yahudi dan musuh-musuh Islam lainnya
Tanyakan pada anak-anak muda, siapa idola mereka? Maka Anda akan mendengar kebanyakan jawaban mereka adalah para artis dan olahragawan. Tanpa peduli apapun agamanya. Karenanya, mereka bangga ketika bisa mengikuti tingkah dan budaya idola mereka, meskipun hal itu telah merambah daerah ritual keagamaan, seperti turut memperingati natal, tahun baru, dan ritual-ritual keagamaan lainnya.
Allah I berfirman, artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al Baqarah: 120).
6. Mengingatkan kaum Muslimin akan keutamaan jihad
Karena kecintaan terhadap dunia, orang Islam jadi takut berjihad. Padahal, keutamaan jihad sangat banyak. Di antaranya (sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih):
-Geraknya mujahid di medan perang diberikan pahala oleh Allah.
-Jihad adalah perdagangan yang untung dan tidak pernah rugi.
- Jihad lebih utama daripada meramaikan Masjidil Haram dan memberikan minum kepada jama’ah haji.
-Jihad merupakan satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid).
-Orang yang berjihad, meskipun dia sudah mati syahid namun ia tetap hidup dan diberikan rizki.
-Orang yang berjihad seperti orang yang berpuasa tidak berbuka dan melakukan shalat malam terus-menerus.
-Surga memiliki 100 tingkatan yang disediakan Allah untuk orang yang berjihad di jalan-Nya. Antara satu tingkat dengan yang lainnya berjarak seperti langit dan bumi.
-Surga di bawah naungan pedang mujahidin.
-Orang yang mati syahid mempunyai 6 keutamaan: (1) diampunkan dosanya sejak tetesan darah yang pertama, (2) dapat melihat tempatnya di Surga, (3) akan dilindungi dari adzab kubur, (4) diberikan rasa aman dari ketakutan yang dahsyat pada hari Kiamat, (5) diberikan pakaian iman, dinikahkan dengan bidadari, (6) dapat memberikan syafa’at kepada 70 orang keluarganya.
-Orang yang pergi berjihad di jalan Allah itu lebih baik dari dunia dan seisinya.
-Orang yang mati syahid, ruhnya berada di qindil (lampu/lentera) yang berada di surga.
-Orang yang mati syahid diampunkan seluruh dosanya kecuali hutang.
7. Menggunakan segala cara yang dapat mendatangkan kerugian bagi Israel dan sekutu-sekutunya, seperti melakukan boikot terhadap barang-barang yang mereka produksi atau perusahaan-perusahaan yang aktiv memberikan sokongan dana bagi Israel.
8. Menggunakan seluruh potensi yang ada untuk menyiapkan kekuatan dalam menghadapi musuh
Dulu, Nabi Muhammad r memuliakan Masjidil Aqsha dan Palestina. Para sahabat kemudian membebaskannya dan menjadikannya sebagai wilayah Islam. Kini Palestina terjajah dan dizalimi. Darah bersimbah di bumi Palestina. Lalu apa yang telah kita persiapkan?
Wallahul Musta’ân wa Ilaihil Musytakâ
Dari berbagai sumber